Sabtu, 01 September 2012

STASIUN KEHIDUPAN


Pernahkah engkau pergi ke stasiun kereta.kurasa sebagian besar dari kita akan menjawab pernah.kita bisa mengamati segala bentuk kehidupan manusia disana.kau tidak percaya?
Ini pengalamanku ketika aku dan kawan-kawanku berpulang dari stasiun kereta api malang menuju bandung,kami semua adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di malang.

Aku (budi akbar) , hidayatullah , rayi ,asri,teni,tika.hari itu hari jum’at,kami semua tiba di stasiun kota malang pukul 14.00 .memang di tiket keberangkatan kereta menuju bandung tertera pukul 16.00.kami sengaja datang lebih awal agar lebih nyaman menunggu dan tak terburu-buru nantinya.

Hal yang kulihat pertama tiba di stasiun kereta api adalah pemandangan manusia yang begitu banyaknya mengantri untuk pergi ke daerah tujuan masing-masing.tentunya dengan barang bawaan yang tak kalah banyaknya.ada yang membawa koper,kardus,tas gendong,tas jinjing.betapa hebatnya orang-orang ini bepergian jauh membawa barang sebanyak itu tanpa kenal resiko barang hilang dicuri ataupun dibajak perampok ketika dia baru berjalan beberapa langkah keluar dari stasiun.mungkin yang ada dipikiran mereka berupa bayangan ketika mereka tiba di tempat yang mereka tuju,atau apa yang harus mereka lakukan ketika tiba disana,atau pula ada yang membayangkan kebahagiaan bisa bertemu kembali dengan orangtua,sanak family,kekasih.lalu,kami semua berjalan membawa barang-barang dengan hati-hati ke dalam stasiun.disana ada beberapa kursi yang kosong untuk menunggu kedatangan kereta.

kesalahan kami adalah berjalan ditengah tengah gedung tempat menunggu sehingga imbasnya banyak mata yang tertuju pada gerak gerik kami.memperhatikan tiap langkah yang kami ambil,barang bawaan yang kami bawa,pandangan melihat penampilan kami dari atas kebawah.sepertinya mereka pun menilai kami semua.sama seperti kami menilai mereka. Akhirnya kami semua bisa duduk sembari memangku barang-barang bawaan kami.
Kami duduk di sebelah kanan ruang tunggu dimana jajaran kursi menghadap langsung pada rel kereta api namun terhalangi oleh pintu masuk dari besi yang dijaga oleh beberapa orang polisi.sehingga,aku hanya bisa melihat kereta api yang datang sedikit saja terlihat dari garis perantara besi tadi.
sesaat keadaan diamana aku duduk terasa biasa saja.tapi,ketika aku mulai diam dan berfikir lalu perhatianku teralihkan pada orang-orang disekitarku . disana terdapat banyak ekspresi.

HIDAYATULLAH dan RAYI,mereka mengobrol seperti biasanya diiringi canda dan gurauan.karena dimanapun mereka memang selalu begitu,bisa menjaga perasaannya tetap stabil.HIDAYATULLAH atau biasa kupanggil kang uloh selalu membahas hal-hal lucu namun aneh sehingga rayi selalu terpingkal dibuatnya.kepulangan Rayi kali ini membuatnya bahagia karena rasa rindu pada ibunda tak tertahankan lagi.dari tadi kuperhatikan ia beberapa kali mengetik pesan SMS dengan ibunya untuk sekedar bertanya sudah makan atau belum.
teni,asri,tika para gadis ini lebih terlihat ceria dari biasanya karena satu alasan.kembali ke kampung halaman.tapi menurut ASRI pulangnya ke bandung kali ini tidak begitu luar biasa seperti keinginannnya pulang beberapa minggu lalu.selidik punya selidik ternyata yang membuat mood-nya berubah adalah kisah cintanya yang baru berakhir dengan kekasihnya di bandung,setelah kurang lebih 1 tahun membangun kebersamaan hati.tapi,entah apa yang terjadi itu bisa berakhir begitu saja.”betapa cinta bisa memutar-balikan mood seorang wanita tukasku dalam hati.ia diam sesekali memperhatikan handphone-nya lalu mengamati sekitar lalu kembali menengok telepon genggam yang ia gantungkan di lehernya.entah apa yang ia pikirkan.
berbanding terbalik dengan TIKA yang kepulangannya ke bandung kali ini membawa matanya menjadi lebih cerah dan terang.itu disebabkan ia akan bertemu dengan sang romeo, lelaki pujaannya di bandung.”cinta-pun mampu membawa bahagia sampai kejiwa”.tukasku lagi dalam hati dengan berlagak memegangi dagu seperti orangtua bijak.
benar saja,dia duduk memangku dagunya pada koper yang ia taruh di pangkuannya.sorot matanya begitu cerah dan ada seberkas senyuman kecil tersungging di bibirnya yang membuatku berfikir ia sedang memikirkan pertemuannya dengan sang kekasih.
TENI,dia selalu tetap tenang seperti biasanya atau mungkin sikap pemalasnya yang membuat ia tampak tenang,begitu kata kebanyakan orang.tak banyak yang aku tau tentang dia.dia hanya diam dengan menngunakan masker penutup mulut seperti yang dipakai tim SAR dalam mencari korban bencana alam.namun,alasannya kali ini bukan karena ia tim SAR ataupun ia sedang sakit.tapi,di pipi kirinya terdapat jerawat kecil yang menurutnya itu membuat kepercayaan diri menurun.

Namun,bukan kawan-kawanku saja yang aku perhatikan.di setiap sudut ruangan tunggu aku melihat banyak ekspresi kehidupan disana.kekasih yang berpelukan erat karena salah satunya harus pergi keluar kota melanjutkan pendidikannya,mungkin ada rindu yang tertahan kelak.seorang anak umur 14 tahun bersama orangtua-nya yang akan bepergian sendiri keluar kota untuk pertama kalinya.aku bisa melihat betapa khawatir orangtuanya dari gerak-gerik dan ucapan pesan pada anaknya agar selalu mengabari keadaannya,posisi kereta dimana,sebangku dengan siapa lalu mungkin kukira akan bertanya siapa masinisnya atau siapa penjaga toilet keretanya.
Kita bisa banyak melihat contoh kehidupan di sebuah stasiun.mulai dari kesedihan,kegembiraan,gelisah,susah,senang.semua terpancar dari cahaya mata dan ekspresi yang tak bisa dibohongi.
Karena itulah aku menyebut stasiun kereta adalah stasiun kehidupan.