Kamis, 26 September 2013

Perang


Aku harus mulai dari mana?
Mungkin bertanya dulu apa ini
Yang gemelutuk dalam hati
Atau luka-luka yang berjelaga jingga
Diantara rongga dada

Pada akhirnya aku dapati perasaan ini mengikis, teriris!

Di satu senja menuju haribaan untuk tunduk pada tuhanku
Segumpal senyuman dewi membuatku terhenti
Dibawah lonceng berdentang setiap Minggu pagi
Hingga kita berbagi cinta dalam cerita

Saat itu juga tuhan kita berseteru
Aku kamu termangu

Tapi, di sana iblis terpingkal-pingkal
Malaikat dongkol menghentikan tugasnya
Sampai hari ini yang aku tahu mereka semua asik menyoraki tuhannya sendiri

Pada akhirnya kita di sini
Meminta diksi-diksi sang-Maha
Nihil......
Tak ada sabda, tak ada firman
Walau seberapa lamapun lutut kita bercumbu dengan bumi



Rabu, 31 Juli 2013

Rasa-Rasa Manusia

20 Mei
aku terpaku di persipangan jalan kampus ini. memandangi satu-persatu manusia berlarian menghampiri nenek tua yang terkapar ditarik ulur nyawanya oleh ijra'il. mobil plat 'D' menerobos lampu merah dan menabrak sosok tua yang kala itu sedang menyebrang di zebra cross. arus lalu lintas terhenti akibat kejadian tersebut. seorang wanita belia berlumuran darah di tengah jalan setelah mobil yang menabraknya pontang-panting lari tak mau menanggung kesalahnnya.
aku tak tahu mengapa ada perasaan yang mengikatku untuk melongok dan memastikan siapakah gerangan nenek itu. perlahan derap kakiku menuntun mendekati kerumunan. "tak terlihat, terlalu banyak orang disini" kataku dalam hati. aku mencari cara menyingkap orang-orang di depanku agar bisa menengok. lalu, tiba-tiba sebuah ide muncul. aku berteriak:

"minggir, saya keluarganya!"
Tak kupercaya pada pandanganku. aku tahu aku berbohong, mengaku-ngaku segala. tapi, nenek di depanku ini memang aku kenal betul. tidak salah lagi. hampir setiap hari aku selalu bertemu dengannya di dalam bus kota. ia, nenek tua itu!
17 Mei

setiap pagi aku berangkat dari terminal Leuwi Panjang (Bandung) dengan bus kota menuju kampusku. pukul 06.00 tepat bus sudah berangkat. aku selalu memilih tempat duduk dekat kaca baris ke-5 dari jajaran kursi yang tersedia.dan pagi ini, seperti biasa, bus ini sepi penumpang dan tetap berangkat membelah jalanan kota bandung pukul 06.00. tidak pernah kurang tidak pernah lebih. selalu tepat waktu.
pak kondektur mulai menghampiri penumpang satu persatu menagih ongkos bus. tiba-tiba, seorang nenek tua terpogoh menaiki bus. aku tak acuh, membuang pandanganku ke jalan: bubur ayam, kupat tahu, cakue berjejer gerobak-gerobak itu di pinggiran jalan kopo.
karena ketidakpedulianku atau karena terlarut dalam melankoli pagi kota bandung ini, aku tak menyadari seseorang sudah duduk di sebelahku.
"neng, bisa bantuin nenek gak?"
ternyata nenek tadi. setetlah dilihat dari dekat nenek ini terlihat lusuh. kain batik menutupi pinggang hingga kakinya. tubuhnya hanya mengenakan baju batik warna ungu dengan syal putih kumal memeluk lehernya kuat. rambutnya semu keputih-putihan. aku taksir umurnya menginjak 60-an.
"mangga nek, apa yang bisa saya bantu?"
"gini, nenek teh mau pulang ke rumah nenek. di garut. tapi, uang nenek kurang buat ongkos kesanahya. kalo boleh. . . . . nenek minta sumbangannya. berapa ajah."
nadanya memelas. aku sama sekali tidak keberatan memberikan separuh uang jajanku untuk menolongnya. kuberikan 5000 rupiah padanya.
"hatur nuhun ya neng, moga dilancarkan segala urusannya, segala rezekinya dan. . . ."
nenek itu memperhatikanku. dia memandangi kerudung hingga sepatu yang kukenakan. "semoga segera dipertemukan dengan ikhwan impiannya" senyumnya merekah setelah kalimat tadi lepas dari bibirnya.
"aamiin, makasih ya nek" aku membalas senyumnya.
"oh iya, neng mau kemana pagi-pagi gini?"
"mau kuliah nek"
"ooh.. kuliah, kuliah dimana?"
"ITB nek..."
"dimana itu? nenek mah taunya ITB teh 'icalan teh botol' (jualan teh botol)"
"heheheheheh...." aku terkekeh geli.
"bukan nek, itu lhoo kampusnya yang di jalan Ganesha tea, yang mau ke arah dago, deket kebon binatang kota Bandung" terangku.
"oh...enya enya. nenek tau kalo kebon binatang mah. dulu waktu muda pernah kesitu. sok atuh mudah-mudahan dipinterkeun ku Allah, cepet lulus kuliah, cepet nikahnya" lagi-lagi senyuman nenek itu merekah setelah kata terakhir tadi lepas dari bibirnya.
lagi-lagi aku tersenyum, "aamiin ya rabb"
dengan seketika nenek itu pindah dari sebelahku, menghampiri penumpang lainnya dan bercerita yang sama tentang kendala yang ia hadapi. aku mafhum saja dan sama sekali tidak terbesit kecurigaan dalam hatiku. ia butuh kumpulan uang dari beberapa orang untuk ongkosnya. wajar bukan? aku pun kembali membiarkan mata ini bermain-main lagi melihat keluar jendela. jalanan kota Bandung mulai padat kendaraan.

.............................................................................................................................
Esok harinya hingga lusa, 19 mei, aku tetap melakukan aktivitasku berangkat pagi ke kampus. begitu juga nenek itu, setiap pagi ia selalu satu bus denganku. tentu aku tak menduga bisa 3 hari berturut-turut bertemu dan satu bus dengan nenek itu.
namun yang aku herankan, ia seperti tak mengenaliku setiap paginya. ia teteap meminta pertolongan padaku dengan motif yang sama: ingin pulang ke Garut, mengumpulkan ongkos. begitu juga pada penumpang lainnya.
hatiku mulai bersangka-sangka. bukan karena uang yang harus kukeluarkan 5000 rupiah per hari untuk membantunya. namun, lebih pada pertanyaan: 
"berapakah uang yang dibutuhkan sekali jalan untuk sampai ke Garut?" "20 ribu atau 30 ribu?" "kenapa nenek tua itu tidak segera meninggalkan bandung?" 
asumsikan saja satu orang memberikan 5000 rupiah. 8 orang yang menyishkan uangnya saja sudah mendapat 40 ribu. lebih dari cukup kurasa. aku hentikan seketika perasaan itu dan melupaknnya. itu haknya, aku tidak berhak sama sekali menilai seseorang dari satu sudut pandang saja.
Tapi, sekarang, nenek itu tergeletak di depanku. darah berlumuran dimana-mana. yang aku herankan mengapa nenek itu bisa tertabrak di depan jalan kampusku. artinya tadi ia sedang berjalan di sekitaran kampus ini. apa yang sedang ia lakukan?.
semua orang memandangku karena terpaku melihat sosok tua terkapar. aku segera sadar.
"Ambulan, Ambulan! cepat telepon Ambulan!" aku berteriak pada kerumunan orang-orang.
"sudah dihubungi, sebentar lagi tiba!" salah satu suara dari kerumunan menjawab pertanyaanku. lalu, nenek itu menjulurkan tangannya padaku. aku segera meraihnya. matanya semakin sayup, tubuhnya semakin melemah akibat darah yang terlalu banyak keluar. dia tersenyum padaku sangat lama. "jadi ini ya kampus neng teh, bagus." aku tersontak kaget. ternyata ia mengingatku.
"Minggir, Ambulan sudah datang! beri jalan!"
nenek itu ditandu menuju ambulan. genggamannya tak mau ia lepaskan dariku. malah semakin aku hendak lepaskan semakin kencang ia menggenggam.
selang beberapa saat akhirnya ia melepaslkan tanganku. kerumunan tadi sudah berpencar setelah ambulan melaju. dan aku tetap berdiri disini memandangi ambulan yang menjauh dengan sirine-nya yang bising. pikiranku hanya bisa menerka-nerka. 

Jumat, 19 Juli 2013

PANDERMAN

Pagi biru menyambutku,
menunggui matahari mendongak dibalik gunung
hati ini membiru, melagu cemara sendu
hingga mentari menjelang, menerjang, mencerca tiap isi hati
menghangatkan
sepertimu panderman, memeluk daku laru haru; dalam rindu

kupu-kupu menyerbu bunga, burung-burung bercumbu
dalam melankoli bulan mei
dan aku tetap mencarimu. . . TUHAN
berharap kau menyentuhku di puncak ini
sampai tiap hasta angan dan impi tak terperi janji-janji bumi

sampai ajalku
kuingin disampingmu
Tuhanku...
pemilik kalbu

biarkanlah hati tetap mencari
di langit dan bumi
di laut dan gunung
lantunan alam atas kuasa-Mu

(Gunung Panderman, Malang, mei 2013)

Jumat, 15 Februari 2013

Catatan Seorang Demonstran

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

Tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu

Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegakklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa”

by : Soe Hok Gie

Sabtu, 01 September 2012

STASIUN KEHIDUPAN


Pernahkah engkau pergi ke stasiun kereta.kurasa sebagian besar dari kita akan menjawab pernah.kita bisa mengamati segala bentuk kehidupan manusia disana.kau tidak percaya?
Ini pengalamanku ketika aku dan kawan-kawanku berpulang dari stasiun kereta api malang menuju bandung,kami semua adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di malang.

Aku (budi akbar) , hidayatullah , rayi ,asri,teni,tika.hari itu hari jum’at,kami semua tiba di stasiun kota malang pukul 14.00 .memang di tiket keberangkatan kereta menuju bandung tertera pukul 16.00.kami sengaja datang lebih awal agar lebih nyaman menunggu dan tak terburu-buru nantinya.

Hal yang kulihat pertama tiba di stasiun kereta api adalah pemandangan manusia yang begitu banyaknya mengantri untuk pergi ke daerah tujuan masing-masing.tentunya dengan barang bawaan yang tak kalah banyaknya.ada yang membawa koper,kardus,tas gendong,tas jinjing.betapa hebatnya orang-orang ini bepergian jauh membawa barang sebanyak itu tanpa kenal resiko barang hilang dicuri ataupun dibajak perampok ketika dia baru berjalan beberapa langkah keluar dari stasiun.mungkin yang ada dipikiran mereka berupa bayangan ketika mereka tiba di tempat yang mereka tuju,atau apa yang harus mereka lakukan ketika tiba disana,atau pula ada yang membayangkan kebahagiaan bisa bertemu kembali dengan orangtua,sanak family,kekasih.lalu,kami semua berjalan membawa barang-barang dengan hati-hati ke dalam stasiun.disana ada beberapa kursi yang kosong untuk menunggu kedatangan kereta.

kesalahan kami adalah berjalan ditengah tengah gedung tempat menunggu sehingga imbasnya banyak mata yang tertuju pada gerak gerik kami.memperhatikan tiap langkah yang kami ambil,barang bawaan yang kami bawa,pandangan melihat penampilan kami dari atas kebawah.sepertinya mereka pun menilai kami semua.sama seperti kami menilai mereka. Akhirnya kami semua bisa duduk sembari memangku barang-barang bawaan kami.
Kami duduk di sebelah kanan ruang tunggu dimana jajaran kursi menghadap langsung pada rel kereta api namun terhalangi oleh pintu masuk dari besi yang dijaga oleh beberapa orang polisi.sehingga,aku hanya bisa melihat kereta api yang datang sedikit saja terlihat dari garis perantara besi tadi.
sesaat keadaan diamana aku duduk terasa biasa saja.tapi,ketika aku mulai diam dan berfikir lalu perhatianku teralihkan pada orang-orang disekitarku . disana terdapat banyak ekspresi.

HIDAYATULLAH dan RAYI,mereka mengobrol seperti biasanya diiringi canda dan gurauan.karena dimanapun mereka memang selalu begitu,bisa menjaga perasaannya tetap stabil.HIDAYATULLAH atau biasa kupanggil kang uloh selalu membahas hal-hal lucu namun aneh sehingga rayi selalu terpingkal dibuatnya.kepulangan Rayi kali ini membuatnya bahagia karena rasa rindu pada ibunda tak tertahankan lagi.dari tadi kuperhatikan ia beberapa kali mengetik pesan SMS dengan ibunya untuk sekedar bertanya sudah makan atau belum.
teni,asri,tika para gadis ini lebih terlihat ceria dari biasanya karena satu alasan.kembali ke kampung halaman.tapi menurut ASRI pulangnya ke bandung kali ini tidak begitu luar biasa seperti keinginannnya pulang beberapa minggu lalu.selidik punya selidik ternyata yang membuat mood-nya berubah adalah kisah cintanya yang baru berakhir dengan kekasihnya di bandung,setelah kurang lebih 1 tahun membangun kebersamaan hati.tapi,entah apa yang terjadi itu bisa berakhir begitu saja.”betapa cinta bisa memutar-balikan mood seorang wanita tukasku dalam hati.ia diam sesekali memperhatikan handphone-nya lalu mengamati sekitar lalu kembali menengok telepon genggam yang ia gantungkan di lehernya.entah apa yang ia pikirkan.
berbanding terbalik dengan TIKA yang kepulangannya ke bandung kali ini membawa matanya menjadi lebih cerah dan terang.itu disebabkan ia akan bertemu dengan sang romeo, lelaki pujaannya di bandung.”cinta-pun mampu membawa bahagia sampai kejiwa”.tukasku lagi dalam hati dengan berlagak memegangi dagu seperti orangtua bijak.
benar saja,dia duduk memangku dagunya pada koper yang ia taruh di pangkuannya.sorot matanya begitu cerah dan ada seberkas senyuman kecil tersungging di bibirnya yang membuatku berfikir ia sedang memikirkan pertemuannya dengan sang kekasih.
TENI,dia selalu tetap tenang seperti biasanya atau mungkin sikap pemalasnya yang membuat ia tampak tenang,begitu kata kebanyakan orang.tak banyak yang aku tau tentang dia.dia hanya diam dengan menngunakan masker penutup mulut seperti yang dipakai tim SAR dalam mencari korban bencana alam.namun,alasannya kali ini bukan karena ia tim SAR ataupun ia sedang sakit.tapi,di pipi kirinya terdapat jerawat kecil yang menurutnya itu membuat kepercayaan diri menurun.

Namun,bukan kawan-kawanku saja yang aku perhatikan.di setiap sudut ruangan tunggu aku melihat banyak ekspresi kehidupan disana.kekasih yang berpelukan erat karena salah satunya harus pergi keluar kota melanjutkan pendidikannya,mungkin ada rindu yang tertahan kelak.seorang anak umur 14 tahun bersama orangtua-nya yang akan bepergian sendiri keluar kota untuk pertama kalinya.aku bisa melihat betapa khawatir orangtuanya dari gerak-gerik dan ucapan pesan pada anaknya agar selalu mengabari keadaannya,posisi kereta dimana,sebangku dengan siapa lalu mungkin kukira akan bertanya siapa masinisnya atau siapa penjaga toilet keretanya.
Kita bisa banyak melihat contoh kehidupan di sebuah stasiun.mulai dari kesedihan,kegembiraan,gelisah,susah,senang.semua terpancar dari cahaya mata dan ekspresi yang tak bisa dibohongi.
Karena itulah aku menyebut stasiun kereta adalah stasiun kehidupan.

Minggu, 27 Mei 2012

Kupercayakan Kepadamu

kupercayakan hidup pada jalanmu
ketika banyak persimpangan harus dilalui
kubiarkan dirimu memilih yang terbaik
kupercayakan hidup pada kuasamu
ketika samar masa lalu tak kau hiraukan
kupercayakan hidup pada pilihanmu


semua adalah terbaik


ketika doa-doa kurasa nyata
ada lain diragamu
ketika doa-doa menjadi nyata
ada beda di dirimu


dan pertemuan kita menjadi doa yang terkabul
walau kebiasaan kita ciptakan


dan semua 
kupercayakan padamu


by : ( DIAN HARTATI )

Minggu, 20 Mei 2012

INTERMEZZO !!!

ayah,kata yang indah untuk aku dengar.kebanyakan dari kita kadang tak mesyukuri adanya sosok laki-laki tersebut di hari-hari kita.ada yang berkata ayah itu menyebalkan.bahkan banyak sekali yang berkicau: aku tidak menyukai ayah,karna ayah sok mengatur hidupku. 

 

sebenernya ayah bukan sok ngatur kaleeee , dia cuma takut kita : anak-anaknya , terjerumus di kesalahan yang ayah kita pernah buat.


masih teringatkah hari pertamamu menaiki sepeda bersama ayah? 

pernah jatuh kah ?

ketika kita jatuh dari sepeda apa ayah hanya diam...?

teentu tiddaaaaaak !!

 

sebenarnya ia selalu ada untuk kita , hanya kita tak menyadarinya ... ketika menaiki sepeda dan terjatuh,ayah membiarkan kita terjatuh bukan karena ia tega melihat anaknya terluka tapi ia memberikan pesan:

"dalam hidup banyak kesakitan namun tetap bangkitlah lagi, karena ayah ada untukmu nak.tapi ayah juga tak selamanya bisa bersamamu,kelak kau harus bisa bangkit sendirian dari jatuhmu "

jadi,jangan pernah anggap sepele ayah kalian apalagi membencinya ya,maklumilah jika ia takut kita mengulangi kesalahan yang dibuatnya di masa lampau =D